KajianTentang "Ma'rifatullah" Radio Rodja | Kamis, 08 September 2016 Tak Kenal Maka Tak Sayang - Bagian ke-3 (Ustadz Abdullah Zaen, M.A.) (Bagian ke-1)" adalah sebuah ceramah tentang mengenal Allah dan urgensinya, yang Radio Rodja | Sabtu, 16 Juli 2016 Marifatullah merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122). Ma'rifatullah adalah mengenal Allah, merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap insan. Dengan mengenal Allah, seseorang akan lebih dapat mengenali dirinya sendiri. Untuk apa ia (manusia) diciptakan, kemana arah dan tujuan hidupnya, serta tanggung jawab yang dipikulnya sebagai seorang Linguisticsmenjelaskan gambaran dan keterangan bahasa dan bukan terciri dengan peraturan-peraturan, petunjuk dari bahasa. Bukan sedikit kata yang banyak. Linguistik tidak memerlukan untuk mengetahui banyak bahasa-bahasa dan Linguistics bukan menterjemahkan. Ada beberapa cabang linguistic, yaitu; Phonetic, phonology, morphology, syntax Sebagianulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu Tauhid dalam Ma'rifat Wal Itsbat (Pengenalan dan Penetapan) dan Tauhid Fii Thalab Wal Qasd (Tauhid dalam Tujuan Ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini, maka Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma wa Shifat termasuk golongan yang pertama, sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah golongan yang kedua. TentangMa'rifatullah Sebuah hadis meriwayatkan, pada suatu hari di majlis pengjian, Rasulullah bersabda ditengah-tengah orang banyak, tiba-tiba hadir seorang lelaki, lantas bertanya ? "Apa itu Iman, apa itu Islam, apa itu Ihsan ? dijawab pertanyaan tersebut oleh Rasulullah satu persatu. pakustadz bagaiman agar kita bisa ma'rifatullah..? reply. abu omar says: june 3, 2012 at 3:00 pm. assalamualaikum ustad. ana abu omar mau tanya mengenai sms yg ana terima mengenai fatwa lajnah daimah no. : . memfatwakan bahwa : ali hasan al halabi penyebar faham murjiah. hal ini berdasarkan penelitian terhadap 2 kitab karya nya Marifatullah Saudaraku,, mari mengenal-Nya. Total Tayangan Halaman ragam,berbagai macam jenis fashion ada di tempat ini,kampus baruku.Sekarang aku sadar apa yang dikatakan orang-orang tentang fakultas ku,seratus persen benar sekali,sosialisasi masih jawaban dari pertanyaan di atas adalah kita harus berusaha agar UKMI Ath-Thibb dibawa CIRICIRI DALAM MA'RIFATULLAH Seseorang dianggap ma'rifatullah (mengenal Allah) jika ia telah mengenali 1. asma' (nama) Allah 2. sifat Allah dan 3. af'al (perbuatan) Allah, yang terlihat dalam ciptaan dan tersebar dalam kehidupan alam ini. Kemudian dengan bekal pengetahuan itu, ia menunjukkan : Berikutini adalah cara beriman kepada allah yang harus kita lakukan: "berpikirlah tentang ciptaan allah dan janganlah kamu berpikir tentang allah, karena kamu tidak akan mampu. Tips mengenal allah (ma'rifatullah) dan sabda nabi muhammad saw: Berikut adalah 4 cara mengenal allah swt: Baca juga tentang cara menyikapi takdir allah; JALANMA'RIFATULLAH Jumat, 02 Mei 2014. KEHIDUPAN SEORANG HAMBA YG BERIMAN. Kunci-Kunci Pembuka Pintu Surga Dengan demikian, anak itu akan kritis dan bertanya-tanya tentang Tuhan-Nya, arti pahala dan dosa, alam ini kenapa ada dan miliki siapa dan lain sebagainya. Sudah barang tentu cara mendidik seperti ini akan menumbuhkan dua aspek positif. Hakikatilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma'rifatullah adalah ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami Ma'rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada cahaya hidayah yang terang [6:122] . • Berilmu dengan ma'rifatullah sangat penting karena: Ketikaditanya tentang reaksi klub dan penggemar mengenai tuduhan ini presiden Inter saat ini dan teman baik Facchetti, Massimo Moratti merilis pernyataan ini melalui website Inter: "Menurut naluri. Itu adalah yang indah karena kami ingin menjaga Scudetto. Itu bukan masalah baru di sini - Scudetto bisa menjadi kebutuhan kedua jika Anda mau. Memahami ilmu tentang Allah atau Ma'rifatullah adalah ilmu yang paling mulia. Imam Al Munawi Rahimahullah berkata: أن شرف 33 Pertanyaan yang Harus Ditanyakan Setiap Gadis Saat Taaruf. 5527 shares. Share 2211 Tweet 1382. Hukum Mengikat Rambut bagi Wanita saat Shalat. 320 shares. Share 128 Tweet 80. PENGERTIANMA'RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH) 13.57 Mengenal Alloh merupakan perkara fitrah bagi semua manusia yang berada di dunia ini. Ilmu tentang mengenal Alloh merupa-kan ilmu yang paling agung dan mulia. Tak ada ilmu yang sebanding dan setara dengannya. Ia merupakan pondasi dan dasar segala ilmu. BacaJuga : Soal dan Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 Ilmu Dalam Islam. Itulah pembahasan soal tes formatif modul Struktur keilmuan PAI Kegiatan Belajar 2 tentang materi Hakikat Manusia dan Daya-daya Ruhani. Semoga bermanfaat dan mudah untuk dipahami yah temen-temen mahasiswa PPG dalam jabatan. Jangan lupa untuk tetap Semangat yah temen-temen hzayQk. Ilustrasi Ma'rifatullah Artinya Mengenal. Foto. dok. Faseeh Fawaz Ma'rifatullah dalam Islam Lengkap dengan DalilnyaIlustrasi Ma'rifatullah Artinya Mengenal. Foto. dok. Madrosah Sunnah Ma'rifatullah Artinya Mengenal. Foto. dok. Masjid Pogung Dalangan لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُArtinya Allâh yang tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri sendiri dan menegakkan makhluk-Nya Al-Baqarah 255 - Istilah ma'rifatullah mungkin masih terasa asing bagi sebagian orang, namun istilah ini sebenarnya sudah umum digunakan oleh umat muslim, khususnya bagi mereka yang sering menghadiri majelis bisa diartikan sebagai mengenal Allah, yang bila kata ini disebut maka itu berhubungan dengan Rabb, Sang Ma'rifatullah Dilansir dari portal resmi Provinsi Sumatera Barat yang mengutip perkataan Ibnul Qoyyum disebutkan, seseorang yang memiliki ketaatan yang tinggi, akan semakin tinggi pula ma'rifatnya kepada Allah, ia akan semakin menghambakan diri dan bersifat ma'rifatullah sendiri berasal kata a'rofa, ya'rifu yang artinya mengenal. Jadi dapat disimpulkan bahwa ma'rifatullah merupakan upaya manusia untuk lebih mengenal Allah dengan tujuan meningkatkan iman dan e-modul berjudul Ma'rifatullah dari Endis Firdaus dituliskan, seorang muslim perlu menyempurnakan keimanannya dengan menjadikan ma'rifatullah sebagai subjek ma'rifatullah juga bisa berarti sebagai jalan yang mengantarkan manusia untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Allah Allah SWT atau ma'rifatullah dapat dilakukan dengan cara mengetahui nama-nama-Nya yang Maha Indah melalui Asmaul Husna dan memahami maknanya. Kemudian seorang muslim berma'rifat dengan mengetahui sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis sahih dari Rasulullah Salallaahu alaihi wa surah Al-Baqarah ayat 255 atau dikenal dengan ayat kursi dijelaskan bahwa Allah, Tuhan yang patut disembah dan tidak ada sembahan lainnya selain Dia. Allah Mahahidup, Maha Kekal, dan memiliki semua makna kehidupan yang sempurna, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya. Tidak seperti manusia, Allah tidak mengantuk dan tidak pula tidur, sebab keduanya adalah sifat kekurangan yang membuat-Nya tidak mampu mengurus makhluk-Nya. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia Yang menciptakan, memelihara, memiliki, dan bertindak terhadap semua itu. Allah Maha Mengetahui apa yang ada di hadapan makhluk ciptaan-Nya; manusia, yakni apa saja yang sedang dan akan terjadi, dan apa yang di belakang mereka, yakni sesuatu yang telah berlalu. Allah mengetahui apa yang mereka lakukan dan rencanakan, baik yang berkaitan dengan masa kini, masa lampau, atau masa depan. Kursi-Nya, Allah yaitu kekuasaan, ilmu, atau kursi tempat kedua kaki Tuhan yang tidak diketahui hakikatnya kecuali oleh Allah berpijak, sangat luas, meliputi langit dan bumi. Allah Mahatinggi zat dan sifat-sifat-Nya jika dibanding makhluk-makhlukNya, Mahabesar dengan segala keagungan dan kekuasaan-Nya. Ayat Kursi merupakan ayat teragung dalam Al-Qur'an karena mencakup nama-nama dan sifat-sifat Allah yang menunjukkan kesempurnaan zat, ilmu, kekuasaan, dan bacaan lengkap Ayat Kursi dan artinyaاللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الۡحَـىُّ الۡقَيُّوۡمُۚ لَا تَاۡخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوۡمٌ‌ؕ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ مَنۡ ذَا الَّذِىۡ يَشۡفَعُ عِنۡدَهٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِهٖ‌ؕ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ اَيۡدِيۡهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡ‌ۚ وَلَا يُحِيۡطُوۡنَ بِشَىۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ‌‌ۚ وَلَا يَـــُٔوۡدُهٗ حِفۡظُهُمَا ‌ۚ وَ هُوَ الۡعَلِىُّ الۡعَظِيۡمُ Allahu laaa ilaaha illaa Huwal Haiyul Qaiyuum; laa taakhuzuhuu sinatunw wa laa nawm; lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ard; man zal lazii yashfa'u indahuuu illaa bi-iznih; ya'lamu maa baina aydiihim wa mww khalfahum wa laa yuhiituuna bishai'im min 'ilmihi illa bimasya' wa si'a kursiyyuhussamawati wal ardh walaa yauduhu khifzuhuma wa huwal 'aliyyul 'azhiim. Artinya "Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar." QS. Al-Baqarah 255.Ma'rifatullah dapat diraih dengan berbagai cara, mulai dari mengenal Asmaul Husna hingga memahami segala bentuk makhluk ciptaan Allah SWT. Dengan ber-ma'rifatullah, maka seorang muslim dapat menyadari tentang betapa besarnya kekuasaan Allah terhadap seluruh makhluk yang terdapat di bumi dan alam semesta ini. Baca juga Khutbah Jumat Singkat Bersabar dan Berserah Diri Kepada Allah SWT Rangkuman Materi Mutiara Iman dan Ibadah Kepada Allah SWT Apa Ciri-ciri Amal Ibadah yang Diterima Allah SWT? - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom At Tauhid edisi V/9 Oleh Muhammad Nur Ichwan Muslim Mengenal Allah, Rabbul alamin merupakan intisari dakwah dan risalah. Bahkan hal inilah yang menjadi prioritas utama dalam dakwah setiap rasul. Di berbagai tempat dalam kitab-Nya, Allah memperkenalkan diri-Nya dengan berbagai sifat yang Dia miliki. Sebuah bukti yang jelas bahwa Allah menghendaki agar para hamba mengenal diri-Nya. Bukti yang kongkrit bahwa ma’rifatullah mengenal Allah adalah suatu hal yang dituntut dari diri seorang hamba. Bahkan tidak berlebihan kiranya, jika kita mengatakan bahwa pribadi termulia adalah seorang yang paling mengenal Allah ta’ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, “Saya adalah pribadi yang paling mengenal Allah dari kalian.” Al Fath, 1/89. Begitu pula, senada dengan makna hadits di atas, adalah apa yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullah, “Pribadi termulia yang memiliki cita-cita dan kedudukan tertinggi adalah seorang yang merasakan kelezatan dalam ma’rifatullah mengenal Allah, mencintai-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya serta mencintai segala sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya.” Al Fawaa-id, hal. 150. Ma’rifatullah serta Mengenal Nama dan Sifat-Nya Pertanyaan yang mungkin terbersit dalam benak kita adalah, “Siapakah ahli ma’rifah tersebut?” atau “Bagaimanakah potret seorang yang dapat dikategorikan sebagai ahli ma’rifah?” Biarlah hal ini dijawab oleh sang pakar hati, Abu Bakr Az Zur’i yang terkenal dengan Ibnul Qayyim, Syaikhul Islam kedua. Beliau mengatakan, “Al arif orang yang mengenal Allah dengan benar menurut para ulama adalah orang yang mengenal Allah ta’ala dengan berbagai nama, sifat dan perbuatan-Nya. Kemudian dibuktikan dalam perikehidupannya yang dibarengi niat dan tujuan yang ikhlas…” Madaarijus Saalikin, 3/337. Pernyataan beliau di atas menunjukkan bahwa pengetahuan dan keimanan seorang hamba tidak akan kokoh, hingga ia mengimani berbagai nama dan sifat-Nya dengan ilmu pengetahuan yang dapat menghilangkan kebodohan terhadap Rabb-nya. Prof. Dr. Muhammad Khalifah At Tamimi mengatakan, “Pengetahuan pengenalan hamba terhadap berbagai nama dan sifat-Nya berdasarkan wahyu yang disampaikan Allah di dalam kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya akan mampu membuat seorang hamba merealisasikan penghambaan ubudiyah kepada Allah secara sempurna. Setiap kali keimanan terhadap sifat-Nya bertambah sempurna, maka kecintaan dan keihklasan kepada-Nya akan semakin menguat. Manusia yang paling sempurna dalam penghambaannya kepada Allah adalah orang yang beribadah dengan merealisasikan seluruh kandungan nama dan sifat-Nya.” Mu’taqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah fii Tauhidil Asma wash Shifaat, Oleh karena itu, mempelajari dan memahami berbagai nama dan sifat Allah merupakan hal yang sangat urgen karena memiliki kaitan yang erat dengan kewajiban untuk mengenal Allah ma’rifatullah. Kaidah Dasar Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Masalah Nama dan Sifat Allah Kaidah pokok yang diyakini oleh ahlus sunnah wa jama’ah dalam hal ini adalah meneliti semua dalil yang berbicara mengenai nama dan sifat Allah tanpa merusaknya dengan cara mentakwil atau menyelewengkan maknanya. Hal inilah yang akan menghantarkan seorang kepada ma’rifatullah yang benar. Ketika ia mengimani berbagai sifat Allah yang ditetapkan oleh diri-Nya sendiri dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ia mengetahui bahwa Allah memiliki berbagai sifat yang sempurna dan agung. Tidak ada ruang di dalamnya untuk menyelewengkan berbagai sifat tersebut dengan makna-makna yang batil. Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’i dalam Tafsirnya 2/294 mengatakan, “Sesungguhnya dalam permasalahan ini pembahasan mengenai nama dan sifat Allah kami meniti menempuh madzhab salafush shalih, yaitu jalan yang ditempuh juga oleh imam Malik, Al Auza’i, Ats Tsauri, Al Laits ibnu Sa’d, Asy Syafi’i, Ahmad, Ishaq ibnu Rahuyah dan imam-imam kaum muslimin selain mereka, baik di masa terdahulu maupun di masa ini. Madzhab mereka dalam permasalahan ini adalah membiarkan dalil-dalil yang berbicara mengenai nama dan sifat-Nya apa adanya, tanpa dibarengi dengan takyif menetapkan hakikat sifat, tasybih menyerupakan sifat-Nya dengan sifat makhluk dan ta’thil menolak sifat bagi Allah. Segala bentuk gambaran sifat yang terbetik dalam benak kaum musyabbihin golongan yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk tertolak dari diri Allah. Tidak ada satupun makhluk yang serupa dengan-Nya dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” QS. Asy Syura 11. Oleh karena itu, pendapat yang benar dalam hal ini adalah pendapat yang ditempuh oleh para imam, diantara mereka adalah Nu’aim bin Hammad Al Khaza’i, guru imam Al Bukhari. Beliau mengatakan, “Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka sungguh dia telah kafir. Barangsiapa yang mengingkari sifat yang ditetapkan Allah untuk diri-Nya sendiri, maka sungguh dia juga telah kafir. Segala sifat yang ditetapkan Allah dan Rasulullah bagi diri-Nya bukanlah tasybih. Oleh karenanya, seorang yang menetapkan segala sifat yang terdapat dalam berbagai ayat yang tegas dan hadits-hadits yang shahih sesuai dengan keagungan-Nya serta menafikan segala bentuk kekurangan dari diri Allah, maka dia telah menempuh jalan hidayah.” Beberapa Faktor yang Menghalangi Ma’rifatullah Ma’rifatullah terhalang dari diri seorang hamba dengan menafikan sifat-sifat dan menentang berbagai nama yang Dia tetapkan. Bagaimana bisa seorang yang tidak mengakui berbagai nama yang Dia tetapkan berikut sifat yang terkandung di dalamnya bisa mengenal Allah ta’ala?! Bisakah seorang yang tidak mengenal-Nya bisa mencintai-Nya? Al Hasan Al Bashri rahimahullah ta’ala berkata, “Barangsiapa yang mengenal Rabb-nya, niscaya dia akan mencintai-Nya.” Al Hamm wal Hazn Ihya Ulumid Diin, 4/295. Oleh karenanya Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Tatkala pujian dan sanjungan dengan menggunakan nama, sifat dan perbuatan-Nya merupakan sesuatu yang paling dicintai oleh-Nya, maka pengingkaran terhadap nama, sifat dan perbuatan-Nya merupakan tindakan ilhad kriminalitas dan kekufuran terbesar kepada-Nya. Tindakan ini lebih buruk daripada kesyirikan. Seorang mu’aththil menafikan nama dan sifat-Nya lebih buruk daripada seorang musyrik, karena kondisi seorang musyrik tidaklah sama dengan derajat orang yang menentang berbagai sifat-Nya dan hakikat kerajaan-Nya serta mencela sifat yang Dia miliki dan menyamakan/menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Maka, pada hakikatnya kelompok mu’aththil golongan yang menafikan nama dan sifat-Nya adalah musuh sejati para rasul. Bahkan akar seluruh kesyirikan adalah tindakan ta’thil, karena jika tidak dilatarbelakangi oleh ta’thil terhadap kesempurnaaan zat dan sifat-Nya serta buruk sangka terhadap-Nya, tentulah Allah tidak akan disekutukan.” Madaarijus Saalikin, 3/347. Berikut beberapa bentuk ilhad kriminalitas terhadap Allah yang terkait dengan nama dan sifat-Nya, kami sajikan secara ringkas kepada anda dikarenakan keterbatasan ilmu kami. Pertama, menyerupakan menganalogikan sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya atau yang dikenal dengan istilah tamtsil atau tasybih. Ketika Allah ta’ala menetapkan diri-Nya memiliki wajah dan tangan, orang yang melakukan tamtsil mengatakan wajah dan tangan Allah tersebut seperti wajah dan tangan kita. Hal ini didustakan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya, “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.” QS. Asy Syuura 11. “Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah yang kamu serupakan dengan-Nya.” QS. An Nahl 74. Penganalogian sifat Allah dengan makhluk-Nya merupakan aib, karena Allah, Zat yang Mahasempurna diserupakan dengan makhluk yang penuh dengan kekurangan. Kedua, menolak nama dan sifat Allah, baik menolak seluruhnya atau sebagiannya. Termasuk bentuk penolakan nama dan sifat-Nya adalah menyelewengkan makna nama dan sifat-Nya seperti memaknai sifat cinta yang ditetapkan Allah bagi diri-Nya sendiri dengan arti iradatul lit tatswib keinginan untuk memberi pahala. Orang yang menafikan nama dan sifat-Nya beralasan jika kita menetapkan nama dan sifat bagi Allah, maka hal ini akan berkonsekuensi menyerupakan-Nya dengan makhluk karena makhluk pun memiliki cinta. Hal ini tidak tepat dengan alasan bahwa Allah ta’ala telah menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan di sisi lain Dia menetapkan bahwa Dia memiliki sifat. Lihatlah surat Asy Syuura ayat 11 di atas! Allah ta’ala menyatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, namun Dia juga menetapkan bahwa Dia memiliki sifat mendengar dan melihat yang sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya. Penetapan sifat bagi Allah meskipun memiliki nama yang sama dengan sifat makhluk tidak berkonsekuensi menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Perhatikan kembali perkataan Nu’aim bin Hammad Al Khaza’i, guru imam Al Bukhari Jilani yang dibawakan oleh imam Ibnu Katsir atau kaidah yang disampaikan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Jilani di atas! Demikian pula, alasan di atas dapat dibantah secara logika bahwa kesamaan nama suatu sifat tidak berkonsekuensi adanya kesamaan hakikat sifat tersebut. Contoh praktisnya, makhluk memiliki pendengaran dan penglihatan, apakah pendengaran dan penglihatan mereka antara satu dengan yang lain memiliki hakikat dan bentuk yang sama?! Tentulah kita akan menjawab tidak. Ketika Dia menetapkan sifat mendengar, melihat atau cinta bagi diri-Nya, maka meskipun sifat tersebut juga dimiliki oleh makhluk tentu hakikat sifat tersebut tidaklah sama dengan sifat makhluk-Nya. Sifat yang Dia tetapkan bagi diri-Nya sendiri adalah sifat yang sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya, tidak seperti sifat yang dimiliki oleh makhluk yang dipenuhi kekurangan. Ketiga, menetapkan suatu kaifiyah bentuk/cara bagi sifat Allah ta’ala. Hal ini dinamakan dengan takyif dan termasuk ke dalam bentuk ini adalah mempertanyakan hakikat dan kaifiyah sifat Allah ta’ala. Contoh praktisnya semisal perkataan, “Tangan Allah itu panjang dan besarnya sekian”. Hal ini salah satu bentuk kelancangan terhadap-Nya karena berkata-kata mengenai Allah ta’ala tanpa dilandasi dengan ilmu. Ketika hakikat dan bentuk Zat Allah saja tidak kita ketahui, maka bagaimana bisa kita lancang menetapkan sifat Allah bentuknya begini dan begitu?! Oleh karena itu, ketika Imam Malik dan gurunya, Rabi’ah ditanya mengenai hakikat sifat istiwa bersemayam Allah oleh seseorang, mereka mengatakan, “Istiwa diketahui maknanya, namun hakikatnya tidak dapat dinalar dijangkau oleh logika. Beriman kepadanya wajib dan bertanya mengenai hakikatnya adalah bid’ah.” [Lihat perkataan beliau ini dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah 3/398; Itsbat Shifatil Uluw hal. 119 dan Dzammut Takwil hal. 13 dan Lum’atul I’tiqad hal. 64 karya Abdullah bin Ahmad bin Qudamah Al Maqdisi; Idlohud Dalil fii Qath’i Hujaji Ahlit Ta’thil hal. 14 Muhammad bin Ibrahim bin Sa’ad bin Jama’ah; Al I’tiqad hal. 116 Ibnul Husain Al Baihaqi; Al Ulum li Aliyyil Ghaffar hal. 129 Adz Dzahabi. Urgensi dan Kesalahan dalam Ma’rifatullah Berbagai tindakan di atas merupakan perbuatan yang akan menghalangi seorang hamba untuk mengenal Zat yang harus dia cintai. Berbagai tindakan tersebut akan membuat seorang mengenal Rabb-nya dengan bentuk pengenalan yang keliru atau bahkan menghantarkan seorang hamba menjadi pribadi yang tidak mengenal Allah karena dirinya tidak mengenal sifat Zat yang dia cintai. Kita tutup pembahasan kita ini dengan perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah yang menunjukkan pentingnya memahami permasalahan nama dan sifat Allah ta’ala karena sangat terkait dengan ma’rifatullah pengenalan terhadap Allah. Beliau mengatakan, “Mengimani dan mengetahui berbagai sifat-Nya, menetapkan hakikat makna bagi sifat tersebut, keterkaitan hati dengannya serta menyaksikan pengaruh sifat tersebut merupakan jalan awal, pertengahan dan tertinggi untuk mengenal-Nya. Hal ini merupakan ruh bagi para saalikin orang-orang yang berjalan menuju Allah, kendaraan yang akan menghantarkan mereka, penggerak tekad ketika malas dan penggugah semangat ketika tidak maksimal dalam beribadah. Perjalanan mereka menuju Allah bergantung pada bekal-bekal yang akan menopang perjalanan mereka. Setiap orang yang tidak berbekal, maka pasti dia tidak mampu menempuh perjalanan. Dan ketahuilah bekal terbaik adalah pengetahuan terhadap sifat Zat yang dicintai dan itulah puncak keinginan mereka.” Madaarijus Saalikin, 3/350. Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya berbagai sifat Allah yang sempurna dan digunakan untuk berdo’a kepada-Nya serta hakikat berbagai nama-Nya adalah faktor pendorong hati seorang untuk mencintai Allah dan sampai kepada-Nya. Hal ini dikarenakan hati hanya akan mencintai orang yang dikenalnya, takut, berharap, rindu, merasa senang dan tenteram ketika menyebut namanya sesuai dengan kadar ma’rifah pengenalan hati terhadap sifatnya.” Madaarijus Saalikin, 3/351. Demikianlah pembahasan kita kali ini, besar harapan kami uraian ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan orang yang membacanya. Wa shallallahu ala Muhammadin wa ala alihi wa shahbihi wa sallam. [Muhammad Nur Ichwan Muslim] Oleh Khaerunnisa TaqiyahMahasiswa STEI SEBIkhaerunnisataqiyah berasal dari bahasa arab yaitu yaitu mengetahui atau mengenal, maka dari kata ini kita sudah dapat menyimpulkan ma’rifatullah adalah mengenal Allah SWT. Mengapa kita harus mengenal Allah? Seperti dalam pepatah Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Kenapa bisa seperti itu? Karena pada dasarnya Setiap pada diri manusia ketika masih di dalam rahim mereka sudah bersaksi bahwa tiada tuhan selain dalam firmanNya yang artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah di atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.“ QS. Ar-Rum 30Maka dari itu kita sebagai seorang mu’min yang taat harus bisa mengenal Allah SWT. Tuhan kita, Rabb kita, sang Khaliq yang menciptakan kita, dunia dan seluruh isinya. Mengapa kita harus mengenal allah? Lagi-lagi pertanyaan ini keluar kembali, Karena dengan mengenal Allah SWT. Iman kita ter-charger, iman itu butuh di charger salah satunya dengan cara mengenal dengan mengenal Allah SWT, kita akan merasa lebih dekat kepada-Nya, dan akan berdampak pada ibadah kita nantinya. Contohnya kita menjadi lebih khusyuk dalam shalat, rajin bersedekah, dan mungkin juga yang tadinya tidak melaksanakan shalat sunnah menjadi melaksanakannya, dan lain cara ma’rifatullah? Apa saja tahap-tahap ma’rifatullah? Yaitu dengan menanam keyakinan kepada Allah SWT. Sebelum saya menjelaskan tentang menanam keyakinan kepada Allah SWT, saya ingin bertanya, apakah teman-teman sekalian tahu rukun iman? Ada berapakah rukun iman itu? Mengapa saya bertanya tentang ini??Saya akan menjawabnya dengan satu persatu, tapi tidak dengan pertanyaan pertama Karena pertanyaan itu untuk teman-teman sekalian. Saya langsung saja menjawab pertanyaan kedua, rukun iman itu ada 6, Karena rukun iman itu adalah salah satu tahap atau cara untuk mengenal Allah iman yang pertama adalah Iman Kepada Allah SWT. Iman Kepada Allah SWT, ketika kita bilang iman kepada Allah SWT, maka kita haruslah mentaati akan perintah allah dan menjauhi larangannya. Iman yang berati percaya, percaya kepada Allah SWT. Bahwa Allah SWT itu satu, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Seperti dalam firmannya “Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.“ QS. Al-Ikhlas 3Bagaimana cara mengenal Allah SWT dengan rukun islam yang pertama ini? Agar kita bisa mengenal dan mengetahui Allah SWT lebih dekat yaitu dengan caraMengetahui dan mengamalkan Asma Allah atau Asmaul Husna Nama-nama Baik AllahMengetahui dan mengamalkan Sifat-sifat AllahMengetahui dan mengamalkan Asma Allah atau Asmaul Husna Nama-nama Baik AllahAsmaul Husna yang artinya nama-nama baik Allah itu ada 99, yang berarti Allah memiliki 99 nama-nama yang baik bagi Allah. Contohnya Al-khaliq artinya yang Maha Menciptakan, Ar-razaq artinya yang Maha Pemberi Rizki, Al-Ghafuur artinya yang Maha Memberi Pengampun. Istilah Asmaul Husna Husna juga dikemukakan oleh Allah SWT dalam surah Thaha ayat 8 yang artinya “Dialah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Dia mempunyai Asmaa’ul Husna nama-nama yang baik. “ QS. Thaha 8Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa sudah sangatlah jelas Allah SWT memiliki 99 nama-nama yang baik, dan dari nama-nama yang baik itu kita bisa memuji-Nya untuk menyembah kepada Allah SWT yang berhak disembah selain-Nya. Baca juga 99 Asmaa’ul dan mengamalkan sifat-sifat Allah SWTTelah kita ketahui bahwa Allah SWT itu mempunyai sifa-sifat yang wajib kita ketahui yaitu terdiri dari sifat wajib bagi Allah SWT, sifat mustahil bagi Allah SWT, dan sifat jaiz bagi Allah SWT. Masing-masing sifat ada 20 yang wajib kita ketahui kecuali sifat jaiz bagi Allah SWT yang memiliki 1 sifat, dan dalam pendapat yang lain itu ada 3. Baca juga asma dan sifat Allah iman yang kedua adalah iman kepada para malaikat Allah SWTIman Kepada para malaikat Allah SWT dengan cara kita mentaati perintah Allah SWT, seperti halnya para malaikat yang selalu berbuat kebaikan, dan menjauhi larangan-Nya seperti mereka yang tak pernah melakukan kesalahan, membantah apalagi menunda sesuatu tanpa perintah Allah SWT. Iman Kepada para malaikat Allah SWT, walaupun kita tak dapat melihat mereka tapi kita harus meyakini bahwa malaikat itu ada dan diciptakan dari cahaya dan bukan Karena itu kita mengingkari adanya mereka, Karena Allah-lah yang menciptakan mereka. Baca juga iman kepada malaikat Allah SWTRukun iman yang ketiga yaitu iman kepada Rasul-rasul Allah SWTIman Kepada Rasul-rasul Allah SWT, yaitu percaya kepada mereka para rasul-rasul Allah SWT. Mengikuti dan mena’ati apa yang di perintahkan Allah padanya, menjauhi dan menghindari segala larangan-Nya. Rasul-rasul Allah juga hanyalah manusia biasa, mereka juga memiliki hawa nafsu, akal, pikiran dan hati yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga merasakan artinya lapar dan membedakan diri mereka dan kita adalah mereka orang-orang yang terpilih, terpelihara, terjaga, tertinggi derajatnya dibandingkan dengan manusia biasa seperti kita. Maka dari itu kita harus Mengikuti dan mena’ati perintah mereka, juga menjauhi dan menghindari larangan mereka.. Baik yang tertera dalam al-qur’an maupun yang hanya terucap dalam lisan maupun terlakukan oleh perbuatan. Baca juga iman kepada Rasul-rasul Allah iman yang keempat yaitu iman kepada kitab-kitab Allah SWTIman kepada kitab-kitab Allah SWT, percaya adanya kalamullah, yang di turunkan dan di sampaikan oleh rasul-rasul Allah, maksud dalam hal ini berarti percaya adanya larangan Allah, perintah Allah, ancaman dan pahala, adanya hukum syariat yang berada dalam kitab tersebut, terutama kitab Al-Qur’an. Al-Qur’an wajib kita mengenalnya, mengenalnya dalam artian bisa membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya, juga menghafalkannya jika memang mampu. Baca juga iman kepada kitab-kitab Allah iman yang kelima adalah iman kepada qadha dan qadhar Allah SWTIman kepada qadha dan qadhar, percaya kepada ketetapan Allah SWT, adalah salah satu wujud dalam ma’rifatullah percaya bahwa ketetapannya adalah salah satu pilihan yang terbaik untuk diri kita, terkadang manusia telah merencanakan tapi rencana Allah SWT. Adalah yang lebih baik, terkadang manusia menginginkan sesuatu yang menurut mereka itu baik untuk dirinya tetapi belum tentu menurut Allah itu baik untuk dirinya. Ketetapan Allah SWT ada yang bisa dirubah atau qadha yaitu seperti halnya dasarnya manusia itu dilahirkan tidak mengetahui apa-apa. Maka manusianya sendirilah yang akan membuat diri mereka menjadi pintar, cerdas, maupun bodoh. Tergantung bagaimana keinginan merekanya dan usahanya sendiri, jika mereka ingin tetapi tak ada usaha maka manusia tak akan memiliki perubahan pada dirinya, karena ulah mereka yang tak mau lagi dengan ketetapan Allah SWT. Yang tidak bisa dirubah atau qadhar seperti kematian, jodoh, dan ketika kita dilahirkan ke dunia kita tidak bisa memilih apa jenis kelamin kita, orang tua kita siapa, miskin kah… kaya kah… Semua itu tidak bisa kita ubah ketika kita terlahirkan, namun ketika kita sudah besar, sudah berilmu kita bisa saja mengubah yang tadinya hidup serba kekurangan menjadi usaha dan ikhtiar yang telah kita lalui. Jika kita tidak percaya dan tidak menerima semua ketetapan Allah SWT maka kita termasuk orang yang tidak beriman kepada Allah, kenapa? Karena itu salah satu cara mengenal Allah, beriman kepada allah adalah dengan percaya kepada ketetapan-Nya dan menerima-Nya cara untuk mengenal Allah SWT lebih dalam adalah dengan beriman kepada hari akhir. Beriman dan meyakini bahwa adanya hari akhir dan hari pembalasan adalah salah satu bukti bahwa kita hamba yang bertaqwa. Berikut adalah fase-fase hari akhir kiamatYaumul barzakh= hari penantian di alam kuburYaumul qiyamah= hari kiamatYaumul ba’ats= hari pembangkitanYaumul hasyr= hari berkumpulnya di padang mahsyarYaumul hisab= hari perhitunganYaumul mizan= hari penimbangan amalYaumul jaza’= hari pembalasanDari semua ini bahwasannya menuntun kita agar bisa lebih mengenal Allah SWT. Tuhan semesta alam, agar kita bisa memuhasabah diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, baik dalam segi ketauhidan, ibadah, maupun keimanan. Untuk dalil rukun iman ini ada dalam firman Allah SWT yang artinya ”Adapun orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka dia mendapat pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah.“ QS. Al-Kahfi 88. []

pertanyaan tentang ma rifatullah